Jawaban UTS Public Speaking No. 4

4. Jelaskan Apa yang menjadi Target Seorang MC dan berikan contoh masing-masing (Explain five on the targets to be achieved by a Master of Ceremonies in the world of protocol formal and informal so as to have each instance the right) 500 kata

Jawab :

  1. On thematic, seorang MC harus tau persis tema apa yang akan disampaikan kepada khalayak. Sehingga dengan demikian maka seorang MC harus melakukan briefing dengan sangat ketat kepada panitia pelaksana acara. Semua acara memiliki tema khusus sehingga MC harus memahami hal-hal yang mendasar tentang tema termasuk latar belakang acara dan siapa saja yang hadir dalam acara dimaksud.Contoh : Misal pada saat acara wedding, seorang MC wedding yang sudah ditunjuk harus mengetahui tema dari wedding tersebut apakah dengan tema wedding yang formal atau non formal. Jika seperti non formal (garden party) maka apa yang dibicarakan adalah pembicaraan yang ringan atau cozy.
  2. On schedule (Run Down),  seorang MC harus mampu mencapai target atas run down acara yang sudah disusun lengkap dengan durasi setiap tahap acara. Jika ada perubahan judul topik, tentu harus tetap konsekwen terhadap Schedule time mengingat undangan atau audiens jangan terlalu lama menunggu. Contoh : Jika seorang MC sudah mendapatkan run down acara, maka hal yang harus dicamkan ialah tepat waktu. Ia harus bisa menempatkan dirinya sesuai dengan jam pembukanya, bahkan bila perlu ia sudah datang setengah jam dari acara dimulai. Agar begitu acara sudah ingin dimulai ia sudah stand by di back stage.
  3. On opening, seorang MC harus mampu mengucapkan salam pembuka ‘greetings’ dengan mahir; sebagaimana kebiasaan di Indonesia pada acara formalitas yang sifatnya nasional/universal tidak perlu bertele-tele menyampaikan greetings. Contoh : Seorang MC mengucapkan pembuka/greetings dengan lancar dan tidak tersendat. Hal ini membuat telinga para audiens sangat enak. Dengan artikulasi yang benar, baik dan lancar maka audiens akan terpaku atau tertuju pada apa yang diucapkan seorang MC.
  4. On performance, Seorang MC harus tampil prima dengan persiapan yang matang termasuk penampilan dirinya, busana dan juga persiapan pengetahuan umum tentang suasana acara. Oleh karena itu kesalahan terbesar yg dilakukan oleh seorang MC adalah terlambat hadir dalam suatu acara dan hadirnya ‘last minute’ sehingga kesannya sangat terburu-buru. Akibatnya Performance dari seorang MC itu menjadi sangat kacau dan bahkan kadang memersiapkan diri setelah berada di panggung. Contoh : sebagai contoh saya akan menyambung dengan “On Thematic”. Jika tema yang diambil garden party maka sesuaikan dengan busananya. Hal ini akan terlihat menyatu pada acara yang dipandunya. Mengenakan Kemeja bernuansa pastel dengan bagian lengan dilipat hingga siku, mengenakan celana sedengkul, ditambah dengan aksesoris seperti topi, gelang dan sepatu moccasine merupakan gaya yang pas untuk tampil pada wedding bertemakan garden party. Seorang MC juga harus bersikap atau bertutur kata dengan friendly. Agar ia bisa menyatu dengan para tamu undangan.
  5. On closing, Seorang MC harus mampu membuat ‘closing’ berupa ucapan terimakasih ataupun ‘conclusion’ dengan sangat baik. Pada tahap ini seorang MC harus mampu membuat kesan yang baik sehingga audiens tidak kecewa dengan rangkaian acara yang sudah dijalani. Contoh : Seorang MC acara wedding mengucapkan “Terima kasih para tamu undangan sekalian yang sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke acara ini, semoga anda semua juga akan diberikan kebahagiaan seperti pasangan pengantin kita pada malam ini, tetapi tentu saja tidak akan sebahagia pangantin kita pada malam ini ya.. karena malam ini milik mereka berdua dan yang lain hanya ngontrak..” sedikit ditambahkan joke akan menyita perhatian para tamu dan tertawa mendengar hal ini.

Jawaban UTS Public Speaking No. 3

3. Apa yang dimaksud dengan Retorika dan berikan contoh 5 orang yang memiliki kemampuan retorika tokoh dunia. 500 kata

Jawab :

Retorika adalah pemakaian bahasa seni yang di dasari pada suatu pengetahuan yang tersusun dengan baik.

5 orang (tokoh dunia) yang memiliki kemampuan retorika :

  • Obama & Ir. Soekarno

Obama & Soekarno memiliki banyak persamaan dalam hal retorika, diantaranya adalah :

1. Pemilihan kata dan Gaya bahasa

Rahasia pertama adalah pemilihan kata dan gaya bahasa yang tepat.

Kata-kata retorika mereka berdua selalu di susun apik sedemikian rupa sehingga penuh makna dan mampu menghujam kedalam benak para audiens.

Obama:

Tonight, more than 200 years after a former colony won the right to determine its own destiny, the task of perfecting our union moves forward.

It moves forward because of you. It moves forward because you reaffirmed the spirit that has triumphed over war and depression, the spirit that has lifted this country from the depths of despair to the great heights of hope, the belief that while each of us will pursue our own individual dreams, we are an American family, and we rise or fall together as one nation and as one people

(paragraf 1&2 Pidato Kemenangan Obama 7 November 2012)

Ir. Soekarno:

Saya terharu sekali, bahwa kita pada hari ini dapat merayakan hari ulang tahun Republik kita yang pertama. Saya ingat kepada Tuhan yang Maha Kuasa, mengucapkan syukur alhamdulillah, sebab usia Republik kita yang satu tahun itu, tak lain tak bukan ialah berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dan proklamasi kita itu menderu di udara, sebagai arus listrik yang mengetarkan jiwa bangsa kita! Seluruh rakyat kita, seluruh bangsa kita, menyambut proklamasi kita itu sebagai penebusan janji pusaka yang lama, sebagai aba-aba yang mengeledek untuk memulai kehidupan yang baru.

(paragraf  2 dan 5 pidato Ir. Soekarno 17 Agustus 1946: Sekali Merdeka Tetap Merdeka)

Pemilihan kata-kata tersebut sangat mengugah semangat. Anda pasti merasakan dan seakan dibawa ke dalam suasana penuh semangat di dalam benak Anda bukan? Dibawa ke suasana dimana Anda seakan bisa melakukan apapun dan Anda terlibat didalamnya. Sangat nyata dan penuh makna.

  1. Pengulangan kata

Rahasia kedua adalah pengulangan kata.

Teknik pengulangan kata sengaja dilakukan oleh Obama maupun Ir. Soerkarno untuk memberikan penekanan dan pengingat di benak para audiens. Teknik ini akan mengugah ingatan audiens dan pada gilirannya menjadi teknik penyampaian pesan yang efektif.

Obama:

We want our children to live in an America, that isn’t burdened by debt, that isn’t weakened up by inequality, that isn’t threatened by the destructive power of a warming planet.

(paragraf 18 Pidato Kemenangan Obama 7 November 2012)

Ir Soekarno:

Ditengah-tengah nyalanya api, ditengah-tengah menggeledeknya meriam, ditengah-tengah menghebatnya kekacauan, kita harus menjalankan, memperlengkapi, menyempurnakan pemerintahan kita.

(paragraf 18 pidato Ir. Soekarno 17 Agustus 1946: Sekali Merdeka Tetap Merdeka)

.

  1. Bahasa tubuh dan suara yang mumpuni

Rahasia ketiga adalah bahasa tubuh dan suara yang mumpuni.

Obama maupun Ir. Soerkarno selalu memahami pentingnya intonasi kata. Mereka kadang berapi-api bersuara lantang untuk membangkitkan semangat, terkadang malah berbicara agak pelan dan kadang-kadang malah berhenti sejenak untuk memberikan efek lebih mendalam kepada para audiens.

Bahasa tubuh dalam pidato Obama dan Ir. Soekarno juga tidak kalah baiknya. Mereka melambai dan menunjuk ke arah audiens, tersenyum tulus, mengangkat tangan ke udara, berdiri tegak dengan menatap tajam, ada kalanya menatap lembut penuh santun yang mencerminkan sikap seorang pemimpin.

  • Steve Jobs

Steve Jobs selain dikenal sebagai seorang jenius dalam bidang teknologi, juga dikagumi karena sosoknya yang penuh kharisma. Setiap ia berbicara, baik diatas panggung acara Apple maupun kesempatan lainnya, tatapan penonton seakan terhipnotis kepadanya.

Pembawaan kharismatik ini yang mengundang minat dua profesor asal Warwick Business School, Loizos Heracleous dan Laura Klaering untuk belajar dari Steve Jobs tentang gaya retorika miliknya. Menurut mereka, ia adalah seorang yang paham benar mengenai seni berbicara yang efektif dan persuasif. Ia tidak menganut satu pakem retorika tertentu, tapi lebih memilih untuk beradaptasi dengan tempat ia berbicara, situasi yang dialami, serta audiensi yang dihadapi. Namun isi pesan yang ia sampaikan tetap sama di semua kondisi.

Mantan CEO Apple ini menggunakan 3 pedoman retorika klasik yang diajarkan filsuf kuno Yunani, Aristoteles, yaitu : Ethos, Pathos & Logos. Ethos menunjukkan kredibilitas seseorang, Pathos melibatkan nilai-nilai dan emos, sedangkan Logos berkaitan dengan logika dan hal-hal yang bersifat statistis dan ilmiah.

Heracleous juga memaparkan bahwa faktor pendorong dalam retorika Steve Jobs ialah Ethosnya yang sangat mempengaruhi seberapa besar ia memakai Logos dan Pathosnya. Ketika Ethos (kredibilitasnya) rendah, Jobs akan meningkatkan Pathos (mencoba mengambil simpati peserta sidang) dan menurunkan Logos (argumen yang bersifat baku).

Disamping meramu dosis antara tiga pedoman Aristoteles itu, Jobs pun memanfaatkan strategi retorika seperti amplifikasi, repetisi, dan re-framing (membingkai ulang) topik diskusi supaya sesuai dengan pesan yang ingin ia sampaikan.

  • Oprah Winfrey

Oprah Winfrey, dengan nama lengkapnya Oprah Gail Winfrey, lahir pada tanggal 29 Januari 1954 di Kosciusko, Mississippi, ia dibesarkan di sebuah perternakan oleh neneknya yang keras, Hattie Mae, selama enam tahun. Oprah mulai berbicara di gereja neneknya ketika baru berusia tiga tahun. Ia memiliki bakat alami untuk tampil di depan umum dan menjadi sangat populer dalam perkumpulannya.
Ketika berusia enam tahun, ibunya, Vernita, mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu di Milwaukee, Wisconsin dan akhirnya mengambil Oprah kembali dari neneknya. Di Milwaukee, sama seperti di peternakan, Oprah masih sangat miskin, ia harus tinggal dalam satu kamar bersama ibu dan dua saudara tiri, laki – laki dan perempuan. Setiap hari Vernita meninggalkan anak-anak itu pagi-pagi sekali dan baru pulang pada malam hari, sehingga ia tidak punya waktu untuk keluarganya.

Agar ibunya memperhatikannya, Oprah sering kabur dari rumah. Pada usianya yang ke-9, ia mengalami pelecehan seksual oleh sepupunya yang berusia 19 tahun yang sedang bertugas menjaganya. Oprah yakin itu kesalahannya dan tidak menceritakan apa yang ia alami kepada siapapun.

Tanpa bimbingan dari seorang pun, prilaku Oprah semakin tidak terkendali. Menginjak usia 14 tahun, Oprah hamil dan bayinya meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Ketika Oprah melarikan diri selama satu minggu, ibunya memutuskan bahwa ia tidak bisa lagi mengurus Oprah. Saat itulah ibunya mengirim Oprah untuk hidup bersama ayahnya di Nashville. Oprah yang benar–benar takut dengan ayahnya orang yang paling disiplin yang ia kenal, bersumpah, kalau sampai ia sanggup tinggal bersama ayahnya, ia akan merubah hidupnya, ia akan menunjukan siapa dia yang sebenarnya.

Pada umur 14 tahun, Oprah tinggal bersama ayahnya, Vernon Winfrey dan ibu tirinya, Zelma, yang merupakan anggota terhormat masyarakat Tennessee.

Profesi ayahnya adalah tukang cukur, pemilik toko, anggota dewan kota, dan pejabat gereja. Ayah Oprah tidak bisa mentoleransi sikap negatif Oprah atau nilai sekolahnya yang buruk. Oprah memperoleh nilai – nilai C di Milwaukee, tetapi hanya nilai A yang bisa diterima oleh ayahnya.

Disamping pekerjaan rumahnya dari sekolah, setiap minggu Vernon dan Zelma mewajibkan Oprah untuk menulis laporan buku dan menanyakan kepadanya kosakata baru. Awalnya, Oprah benci pada aturan tegas dan harapan tinggi mereka. Tapi, ternyata justru itulah yang ia perlukan, orangtua yang membuat peraturan dan menerapkannya dengan tegas, tapi juga memberikan cinta dan perhatian yang diinginkannya. Oprah pun bangkit.

Tidak saja nilai sekolahnya yang meroket, Oprah juga jadi lebih ramah dan populer daripada sebelumnya. Di SMA, ia terpilih untuk mewakili sekolahnya pada suatu konfrensi pemuda di Gedung Putih, dan memenangkan beasiswa sebesar $1,000 atas pidato yang ia tulis, “Orang Negro, Konstitusi, dan Amerika Serikat”. Ayahnya begitu mendukung Oprah untuk bermimpi besar, dan ia melakukannya.

Pada usia 16 tahun, Oprah menempuh perjalanan ke Los Angeles untuk menjadi pembicara di suatu gereja. Ketika kembali, Oprah bercerita kepada ayahnya kalau suatu saat nanti cetak telapak tangannya akan ada di samping deretan cetak telapak tangan bintang lain di luar Teater Mann’s Chinese.

Pada usia 17 tahun, dia memperoleh pekerjaan pertamanya di dunia pertunjukan sebagai penyiar berita di stasiun radio lokal. Mereka bahkan membayarnya $100 per minggu, yang terhitung besar buat siswa sekolah menengah pada tahun 1970-an. Oprah mempertahankan pekerjaannya, bahkan setelah dia memperoleh beasiswa ke Universitas Negara Bagian Tennessee dan mulai masuk perguruan tinggi. Pada usianya yang ke-19, ia ditemukan oleh sebuah stasiun televisi di Nashille untuk dipekerjakan sebagi wartawan dan penyiar berita.

Era Kesuksesan Oprah – The Oprah Winfrey Show

Pada 1976, Oprah menjadi pembawa acara TV di Baltimore dan kemudian dipromosikan sebagai pendamping pemandu acara bincang-bincang pagi (talk show) yang bernama People Are Talking (Orang–orang Mulai Berbicara). Format talk show tersebut sempurna untuk Oprah, penonton menyukai lelucon, kejujuran, dan kepribadian yang membumi dan peringkat acara ini membubung tinggi.

Pada 1984, Oprah mendapatkan terobosan besar. Dia diminta menjadi pemandu acaranya sendiri disebuah Chicago. Acara A. M. Chicago mengudara pada waktu yang sama dengan acara Phill Donahue Show yang populer. Phill adalah raja TV siang hari, tetapi tidak butuh waktu lama bagi Oprah untuk menurunkan Phill dan tahtanya. Dalam waktu singkat dia menjadi bintang di 120 kota besar di seluruh Amerika.

The Opraf Winfrey Show membuat debut nasional pertamanya pada tahun 1986, dan meraih sukses dengan cepat dengan menjadi pertunjukan yang paling populer di televisi, menjadikannya wanita kulit hitam yang bangkit dari kemiskinan dan menjadi bintang dengan bayaran tertinggi.

The Oprah Winfrey Show menjadi talk show nomer satu saat itu, di produksi oleh perusahaan sendiri Harpo Production, Inc ( yang diambil dari kebalikan dari nama Oprah). Acara ini di tonton oleh 48 juta pemirsa setiap minggunya di Amerika dan disiarkan secara internasional di 126 negara.

  • Gorgias

Gorgias lahir di Leontinoi, Sisilia sekitar tahun 483 SM. Dia meninggal pada tahun 375 SM pada usia yang ke 108 tahun. Dia adalah murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Ia mengalami sukses besar di kota Athena. Kesuksesan karirnya disebabkan karena dia sebagai orator yang sangat luar biasa. Dia memiliki lidah yang fasih dan kemampuan berpidato yang hebat.

Awal karir Gorgias sebagai filusuf ketika mempunyai pemikiran tentang asal muasal sesuatu yang awalnya adalah tidak ada. Karena hasil pemikirannya inilah akhirnya dia mulai dikenal banyak orang. Karir Gorgias bertambah cemerlang ketika dia pindah ke kota. Dari sisilia berpindah ke kota-kota besar di Yunani terutama di pusat kota yaitu Athena. Ia datang ke Athena awalnya sebagai duta untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa Pada tahun 427 SM.

Di kota, Gorgias menjadi ahli pidato atau orator. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Dia juga tidak kaku dalam menyampaikan pidatonya. Terkadang dia juga menyisipkan humor untuk menarik perhatian. Hal inilah yang menjadikan karir Gorgias semakin cemerlang. Dia semakin dikenal banyak orang. Bahkan dia memiliki beberapa orang murid.

Sebagai filusuf terkenal Gorgias juga dikritik oleh beberapa filusuf yang tidak sefaham dengannya seperti Plato dan Sokrates. Mereka tidak setuju dengan apa yang disampaikan Gorgias dalam pidato-pidato yang disampaikannya.

Pemikiran Gorgias : 

Jalan berfikir Gorgias berbeda dengan filusuf yang lain pada saat itu. Dia menulis dalam sebuah buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga pendirian yaitu tidak ada sesuatu pun; Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal; Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Pemikiran Gorgias tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Tidak ada sesuatu pun. Maksudnya ialah bahwa realitas itu tidak ada. Realitas itu terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta sehingga menurut Gorgias pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
  2. Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal. Pengindraan adalah sumber ilusi. Menurut Gorgias akal tidak akan mampu meyakinkan kita tentang dari apa alam semesta ini terbentuk, karena kita terbelenggu oleh dilema subyektif. Jalan berpikir kita yang disandarkan pada kemauan dan ide tidak akan menghasilkan kebenaran jika dihadapkan pada fenomena disekitar kita.
  3. Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Ia memperlihatkan kakurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Bahwa kata-kata tidak mempunyai pengertian absolut, kata-kata hanya mempunyai pengetian relatif.

Untuk memahami makna sesungguhnya dari pemikiran Gorgias tersebut secara pasti tidaklah mudah, bisa jadi memang hal itu sesuai dengan arti sebenarnya dari kata-kata tersebut atau hal itu hanya merupakan sebuah sindiran bagi para filusuf sebelumnya mengenai metode berargumentasi yang dipakai mazhab Elea dengan memperlihatkan bahwa cara berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil.

Gorgias adalah penganut aliran sofisme. Kaum Sofis memiliki beberapa ajaran pokok yaitu: Manusia menjadi ukuran segala-galanya, Kebenaran umum (mutlak) tidak ada, Kebenaran hanya berlaku sementara, Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri. Aliran sofisme melahirkan banyak orang terampil berpidato atau orator yang memberikan penghargaan lebih terhadap akal manusia. Akan tetapi ada juga segi negatifnya yaitu menjadikan orang tidak bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini berlainan dengan hari esoknya atau sudah tidak berlaku di keesokan harinya dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku sementara. Dengan perjalanan seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak semata-mata ditangan orang-orang yang dengan kecakapannya berpidato yang bisa mempengaruhi masyarakat. Maka retorika yaitu kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu pendirian sehingga keyakinan terhadap kebenaran yang pasti, tidak akan tercapai.

Setelah berpindah ke kota Athena Gorgias beralih dari filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika. Ia berprofesi sebagai orator atau ahli berpidato. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Gorgias menganggap bahwa retorika sebagai seni untuk menyakinkan (“the art of persuasion”). Dia tidak hanya mengemukakan alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetapai juga menyentuh pada perasaan. Dia lebih memilih untuk menggunakan etos (etika, atau argumen dari karakter) dan logos, sebagai alat persuasi, sehingga gaya bahasa yang digunakan menarik dan bisa diterima.

Gorgias sangat ahli berpidato sehingga ia sebagai orator karena lidahnya sangat fasih berpidato. Dia mempunya gaya yang berbeda dari orator-orator yang lain yang terkesan kaku dan serius. Gorgias menggunakan bahasa yang persuasif dan disisipi juga dengan humoris untuk menarik perhatian. Dia juga mampu berpidato tanpa persiapan sekalipun yang menandakan dia adalah orang yang tahu akan segala hal. Namun banyak yang mengkritik terhadap orasi-orasi gorgias diantaranya adalah plato dan aristoteles. Mereka mennyatakan bahwa pidato gorgias telah terlepas dari hakikat filsafat.

Jawaban UTS Public Speaking No. 2

2. Sebutkan 10 Magic of Public Speeking beserta contoh2nya. 500 kata

Jawab :

  1. Language Proficiency, Penguasaan Bahasa, Istilah dan Referensi, dituntut untuk memiliki perbendaharaan kata, penguasaan bahasa dan istilah yang mampu menghipnotis audiens, dengan mengutip referensi sesuai dengan teori yang ada. Contoh : Seorang motivator menambahkan kata-kata atau istilah yang mampu membawa pikiran para audiens terhanyut, seperti “MUSUH TERBESAR KITA IALAH DIRI KITA SENDIRI ” dengan mengatakannya sangat lantang dan mneggebu gebu maka semua audiens akan sejenak berpikir kemudian menelaah perkataan tersebut lalu akan terbawa oleh perkataan sang motivator.
  2. Say it Right, kemampuan Spelling atau kemampuan mengucapkan kata dengan pengejaan yang benar (Spell the word correctly), tidak menimbulkan presepsi yang berbeda dari audiens anda. Contoh : Seorang motivator mengucapkan kata “now” harus dengan artikulasi yang benar, ada sebagian orang yang ingin mengucapkan “now” tetapi dengan artikulasi “know”. Hal ini bisa membuat para audiens tidak mengerti bahkan menertawakan.
  3. Charismatic Speaker, seorang yang berkharisma, anda adalah seorang ahli dibidang topic yang anda bawakan. Persiapan narasi yang tematis sangat dibutuhkan, intinya anda terlihat sangat berkharisma karena menguasai bidang anda dengan sangat akurat. Contoh : Ir. Soekarno, ia merupakan presiden pertama Republik Indonesia sekaligus tokoh yang sangat berpengaruh terhadap negara RI. Ia memiliki kharisma yang sangat besar sehingga dimanapun ia berada baik sedang berpidato atau tidak, ia tetap dihormati serta disegani oleh semua orang. Ia dengan tegas mengucapkan pancasila dalam bahasa inggris di depan semua orang (luar negeri) dan sangat yakin bahwa negara Indonesia ialah negara yang besar karena memiliki dasar negara yang kokoh yaitu Pancasila.
  4. Body Language, gerak-gerik anda menentukan segalanya dipanggung, jika anda kaku dan tidak bebas bergerak maka jangan naik panggung. Anda adalah bintang saat naik panggung tetapi jangan pula over acting, seadanya saja. Contoh : Seorang motivator atau speaker sebaiknya tidak berdiri di satu titik saja, ia harus bisa berjalan ke space yang kosong (space panggung) sehingga para audiens bisa melihatnya dari berbagai sisi dan tidak terlihat kaku.
  5. Confident and Nervous, faktornya adalah penguasaan diri yang rentan, banyak faktor penyebab yang berhubungan dengan psikologis sang pembicara. Contoh : Seorang speaker pada saat ingin menaiki panggung/stage melakukan ritual seperti berdoa terlebih dahulu, minum air putih dan berbagai hal kecil yang bisa menghilangkan rasa gugup pada saat akan tampil agar acaranya bisa berjalan dengan lancar sesuai harapan seorang speaker.
  6. Show Case, tampilkan kasus dengan memulai pertanyaan yang unik dan tidak disangka-sangka untuk memulai pembicaraan yang hebat. Contoh : Seorang motivator menyelipkan sesuatu hal yang humoris kepada para audiens seperti bertanya apakah dirinya terlihat keren atau tidak. Jika jawaban audiens meledeknya dengan menjawab “tidak” maka ia akan mengatakan bahwa sebaiknya ia turun dari stage dan digantikan dengan orang yang dianggap lebih keren darinya. Dengan begitu suasana akan terbangun dan audiens tidak ingin kehilangan moment mendengarkan sedikitpun dari seorang motivator di depannya.
  7. Consideration of alternative Solutions, Berikan pertimbangan dengan sejumlah pendapat nara sumber yang mendekati alternatif jawaban pada ‘case’ yang sesuai topik dan tema pembicaraan. Contoh : Seorang speaker menambahkan pembicaraan dengan mengutip teori dari berbagai ahli dalam bidangnya. Agar pengetahuan yang diberikan bersifat solid dan tidak mengada ada.
  8. Sleigh Audience in your opinion, Giring audiens pada opini anda dengan memberikan contoh jawaban pada  kasus sesuai tema anda dan berikan solusi yang tepat, misalnya ‘bagaimana mengambil sikap pada masalah yang sesuai tema anda. Contoh : Seorang speaker atau motivator mengajak emosi para audiens terhanyut pada apa yang dibicarakannya. Kali ini saya akan memberikan contoh dari kejadian nyata pada saat mata kuliah Public Speaking yang diajarkan oleh Bapak MRG. Waktu itu bapak menceritakan bahwa ada seorang karyawan baru seorang wanita dimana wanita tersebut sangat menggambarkan sebagai sosok wanita yang dewasa sekali di kantornya. Setiap waktu istirahat siang tiba, wanita tersebut selalu bercermin pada kaca yang sebenarnya tembus pandang ke bagian dalam ruangan bapak, sehiugga bapak bisa melihat apa yang sedang dilakukan si wanita tersebut.. Cerita itulah yang sampai saat ini masih teringat dipikiran saya, karena pada saat itu saya sangat terbawa dan percaya pada cerita bapak, yang sebenarnya tidak ada kejadian/peristiwa seperti itu.
  9. Draw great conclusions, tariklah kesimpulan dengan hebat dan giring semua audiens masuk dalam kesimpulan anda, dengan mengajukan banyak pertanyaan dan menggiring jawabannya pada tema anda. Contoh : Seorang speaker memberikan kesimpulan pada apa yang dibicarakannya dari awal hingga selesai. Seperti “Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, dalam menggalakkan terciptanya lingkungan hijau di lingkungan kita maka tindakan tindakan yang sudah saya sebutkan tadi harus kita lakukan dari sekarang. Demi kebaikan kelangsungan hidup kita semua”
  10. Show Empathy at the End Speech, Tutup pembicaraan dengan penuh empati kepada audiens anda. Pembicaraan akhir menimbulkan kesan yang lama tersimpan pada audiens. Contoh : Seorang pemuka agama pada saat mengakhiri ceramahnya dengan tema “Surga di telapak kaki ibu”, ia mengajak kepada semuanya untuk mulai saat ini jangan pernah membantah terhadap ibu mereka masing-masing, jangan sampai membuat hati ibu kita semua tersakiti. Lakukanlah hal tersebut selagi ibu kita masih ada. Jika sudah tiada, maka hanya ada penyesalan yang dirasakan.

Jawaban UTS Public Speaking No. 1

  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Logos, Pathos dan Ethos sebagai dasar Ilmu Toast-Masters disertai masing-masing contoh. 500 kata

Jawab :

Etos, menurut Socrates, berarti membangun kredibilitas pengajar–kredensi atau hal-hal yang membuatnya bisa dipercaya. Socrates tahu bahwa diri anda jauh lebih penting dari perkataan dan tindakan anda, karena diri andalah yang MENENTUKAN apa yang anda katakan dan lakukan. Dalam hal ini siapa anda akan menentukan bagaimana cara anda berkomunikasi dan bisa dipercaya dalam komunikasi. Seorang akademis dan pemuka agama pasti punya etos yang berbeda. Apalagi jika dia adalah seorang Raja atau Presiden. Semakin tinggi dan populer statusnya maka etosnya harus semakin baik. Etos ini akan menghasilkan kepercayaan pendengar kita. Faktor kepercayaan ini adalah komoditas terbesar anda untuk melakukan komunikasi.

Contoh : JK (Jusuf Kalla) memiliki unsur logos yang amat kuat. Meskipun lemah saat presentasi dengan durasi lama, JK sigap dalam sesi tanya jawab langsung yang membutuhkan kecepatan berpikir. Jawaban-jawabannyapun jelas dan masuk akal. Kelihatan kalau JK adalah orang yang banyak akal dan cepat bertindak. Penampilannya sangat sesuai dengan slogannya “Lebih cepat lebih baik”, yang sangat penting mengingat posisi Indonesia yang sudah tertinggal jauh dari negara-negara lain.

Patos, atau perasaan belas kasihan, berkaitan dengan bagaimana komunikator membangkitkan semangat pendengar dan menggerakkan emosi-emosi mereka. Hal ini akan menghasilkan MOTIVASI pendengar. Jika anda berkomunikasi dengan perasaan yang benar dan menunjukkan bahwa anda memang peduli maka pendengar anda akan senang sekali melakukan apa saja yang anda ingin pendengar lakukan.

Contoh : Megawati adalah sosok yang memenuhi deskripsi mengenai pathos. Seseorang bisa memilih atau menyetujui tindakannya hanya karena ada kedekatan (attachment), ada ikatan batin (emosi), ada kesamaan rasa (empati dan simpati). Dalam hal ini Megawati amat pandai mengolah potensi itu. Meskipun dia tidak berasal dari rakyat tetapi dari kalangan istana (bandingkan dengan iklan SBY-Boediono yang menggambarkan asal usul kerakyatan mereka), Megawati berhasil mencitrakan dirinya sebagai “bagian dari rakyat kebanyakan”. Boleh saja para intelektual dan akademik mengatakan retorika Megawati hampa makna dan berputar-putar tanpa point yang jelas. Di telinga rakyat kebanyakan, Megawati berbicara membumi, menggunakan bahasa mereka tentang repotnya mengurus KTP, susahnya mendapatkan minyak tanah, dll.

Contoh lain : orang tua yang mengajar anaknya dengan kasih maka anaknya akan menuruti perintah orang tuanya.

Logos adalah isi yang menyangkut pengumpulan fakta. Hal ini menjadi alasan mengapa tindakan harus dilakukan oleh pendengar. Logos atau bisa dikatakan juga ilmu memberikan pemikiran dan pengertian. Dengan begitu para pendengar akan memahami alasan logis (masuk akal) melakukan sebuah tindakan atau perintah. Para pendengar akhirnya bisa memahami tindakan dan menjadikan tindakan itu miliknya.

Contoh : SBY adalah sosok yang dianggap paling besar pengaruhnya, karena kuat unsur ethos-nya. Kita bisa tidak sama suku dengan SBY, tidak sama agama, tidak berasal dari Pulau Jawa, pendeknya tak memiliki ikatan emosional dan tak memiliki kesamaan sedikitpun (pathos gugur di sini). Beberapa program SBY juga agak tidak masuk akal. Misalnya, bagaimana bisa memprioritaskan pemberantasan korupsi bila UU Tipikor masih dipertimbangkan? Pengentasan pengangguran juga menjadi absurd ketika SBY mengatakan tak usah tergesa-gesa memperbaiki UU Ketenagakerjaan (logos gugur). Namun, SBY memiliki ethos yang telah terbukti. Suri tauladannya yang paling jelas adalah ketika besannya sendiri diadili. Pemberantasan korupsi dalam lima tahun belakangan ini, ditambah sepak terjangnya yang cukup lurus, membuat orang –dari Sabang sampai Merauke, apapun agama dan sukunya- percaya kepadanya.

Contoh lain : Jika anda belajar dengan baik maka anda akan mendapat nilai sesuai dengan kemampuan (hasil belajar) anda.

UTS PUBLIC SPEAKING – JAWAB DISINI

TEMPAT BELAJAR ILMU KOMUNIKASI

Article Tentang Public Speaking by Mustika Ranto GuloUTS PUBLIC SPEAKING 

Cara jawab adalah :

  • berikan jawaban di blog anda dengan cara melakukan reblog judul status ini.
  • kemudian jawab juga dalam kertas ujian anda di kelas saat ujian berlangsng

Ujian Tengah Semester (UTS) 2015

Mata Kuliah : PUBLIC SPEEKING

__________________________________________________________________________________

  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Logos, Pathos dan Ethos sebagai dasar Ilmu Toast-Masters disertai masing-masing contoh. 500 kata
  2. Sebutkan 10 Magic of Public Speeking beserta contoh2nya. 500 kata
  3. Apa yang dimaksud dengan Retorika dan berikan contoh 5 orang yang memiliki kemampuan retorika tokoh dunia. 500 kata
  4. Jelaskan Apa yang menjadi Target Seorang MC dan berikan contoh masing-masing (Explain five on the targets to be achieved by a Master of Ceremonies in the world of protocol formal and informal so as to have each instance the right) 500 kata

By Mustika Ranto Gulo, ST. M.Si

View original post