3. Apa yang dimaksud dengan Retorika dan berikan contoh 5 orang yang memiliki kemampuan retorika tokoh dunia. 500 kata
Jawab :
Retorika adalah pemakaian bahasa seni yang di dasari pada suatu pengetahuan yang tersusun dengan baik.
5 orang (tokoh dunia) yang memiliki kemampuan retorika :
Obama & Soekarno memiliki banyak persamaan dalam hal retorika, diantaranya adalah :
1. Pemilihan kata dan Gaya bahasa
Rahasia pertama adalah pemilihan kata dan gaya bahasa yang tepat.
Kata-kata retorika mereka berdua selalu di susun apik sedemikian rupa sehingga penuh makna dan mampu menghujam kedalam benak para audiens.
Obama:
Tonight, more than 200 years after a former colony won the right to determine its own destiny, the task of perfecting our union moves forward.
It moves forward because of you. It moves forward because you reaffirmed the spirit that has triumphed over war and depression, the spirit that has lifted this country from the depths of despair to the great heights of hope, the belief that while each of us will pursue our own individual dreams, we are an American family, and we rise or fall together as one nation and as one people
(paragraf 1&2 Pidato Kemenangan Obama 7 November 2012)
Ir. Soekarno:
Saya terharu sekali, bahwa kita pada hari ini dapat merayakan hari ulang tahun Republik kita yang pertama. Saya ingat kepada Tuhan yang Maha Kuasa, mengucapkan syukur alhamdulillah, sebab usia Republik kita yang satu tahun itu, tak lain tak bukan ialah berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dan proklamasi kita itu menderu di udara, sebagai arus listrik yang mengetarkan jiwa bangsa kita! Seluruh rakyat kita, seluruh bangsa kita, menyambut proklamasi kita itu sebagai penebusan janji pusaka yang lama, sebagai aba-aba yang mengeledek untuk memulai kehidupan yang baru.
(paragraf 2 dan 5 pidato Ir. Soekarno 17 Agustus 1946: Sekali Merdeka Tetap Merdeka)
Pemilihan kata-kata tersebut sangat mengugah semangat. Anda pasti merasakan dan seakan dibawa ke dalam suasana penuh semangat di dalam benak Anda bukan? Dibawa ke suasana dimana Anda seakan bisa melakukan apapun dan Anda terlibat didalamnya. Sangat nyata dan penuh makna.
- Pengulangan kata
Rahasia kedua adalah pengulangan kata.
Teknik pengulangan kata sengaja dilakukan oleh Obama maupun Ir. Soerkarno untuk memberikan penekanan dan pengingat di benak para audiens. Teknik ini akan mengugah ingatan audiens dan pada gilirannya menjadi teknik penyampaian pesan yang efektif.
Obama:
We want our children to live in an America, that isn’t burdened by debt, that isn’t weakened up by inequality, that isn’t threatened by the destructive power of a warming planet.
(paragraf 18 Pidato Kemenangan Obama 7 November 2012)
Ir Soekarno:
Ditengah-tengah nyalanya api, ditengah-tengah menggeledeknya meriam, ditengah-tengah menghebatnya kekacauan, kita harus menjalankan, memperlengkapi, menyempurnakan pemerintahan kita.
(paragraf 18 pidato Ir. Soekarno 17 Agustus 1946: Sekali Merdeka Tetap Merdeka)
.
- Bahasa tubuh dan suara yang mumpuni
Rahasia ketiga adalah bahasa tubuh dan suara yang mumpuni.
Obama maupun Ir. Soerkarno selalu memahami pentingnya intonasi kata. Mereka kadang berapi-api bersuara lantang untuk membangkitkan semangat, terkadang malah berbicara agak pelan dan kadang-kadang malah berhenti sejenak untuk memberikan efek lebih mendalam kepada para audiens.
Bahasa tubuh dalam pidato Obama dan Ir. Soekarno juga tidak kalah baiknya. Mereka melambai dan menunjuk ke arah audiens, tersenyum tulus, mengangkat tangan ke udara, berdiri tegak dengan menatap tajam, ada kalanya menatap lembut penuh santun yang mencerminkan sikap seorang pemimpin.
Steve Jobs selain dikenal sebagai seorang jenius dalam bidang teknologi, juga dikagumi karena sosoknya yang penuh kharisma. Setiap ia berbicara, baik diatas panggung acara Apple maupun kesempatan lainnya, tatapan penonton seakan terhipnotis kepadanya.
Pembawaan kharismatik ini yang mengundang minat dua profesor asal Warwick Business School, Loizos Heracleous dan Laura Klaering untuk belajar dari Steve Jobs tentang gaya retorika miliknya. Menurut mereka, ia adalah seorang yang paham benar mengenai seni berbicara yang efektif dan persuasif. Ia tidak menganut satu pakem retorika tertentu, tapi lebih memilih untuk beradaptasi dengan tempat ia berbicara, situasi yang dialami, serta audiensi yang dihadapi. Namun isi pesan yang ia sampaikan tetap sama di semua kondisi.
Mantan CEO Apple ini menggunakan 3 pedoman retorika klasik yang diajarkan filsuf kuno Yunani, Aristoteles, yaitu : Ethos, Pathos & Logos. Ethos menunjukkan kredibilitas seseorang, Pathos melibatkan nilai-nilai dan emos, sedangkan Logos berkaitan dengan logika dan hal-hal yang bersifat statistis dan ilmiah.
Heracleous juga memaparkan bahwa faktor pendorong dalam retorika Steve Jobs ialah Ethosnya yang sangat mempengaruhi seberapa besar ia memakai Logos dan Pathosnya. Ketika Ethos (kredibilitasnya) rendah, Jobs akan meningkatkan Pathos (mencoba mengambil simpati peserta sidang) dan menurunkan Logos (argumen yang bersifat baku).
Disamping meramu dosis antara tiga pedoman Aristoteles itu, Jobs pun memanfaatkan strategi retorika seperti amplifikasi, repetisi, dan re-framing (membingkai ulang) topik diskusi supaya sesuai dengan pesan yang ingin ia sampaikan.
Oprah Winfrey, dengan nama lengkapnya Oprah Gail Winfrey, lahir pada tanggal 29 Januari 1954 di Kosciusko, Mississippi, ia dibesarkan di sebuah perternakan oleh neneknya yang keras, Hattie Mae, selama enam tahun. Oprah mulai berbicara di gereja neneknya ketika baru berusia tiga tahun. Ia memiliki bakat alami untuk tampil di depan umum dan menjadi sangat populer dalam perkumpulannya.
Ketika berusia enam tahun, ibunya, Vernita, mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu di Milwaukee, Wisconsin dan akhirnya mengambil Oprah kembali dari neneknya. Di Milwaukee, sama seperti di peternakan, Oprah masih sangat miskin, ia harus tinggal dalam satu kamar bersama ibu dan dua saudara tiri, laki – laki dan perempuan. Setiap hari Vernita meninggalkan anak-anak itu pagi-pagi sekali dan baru pulang pada malam hari, sehingga ia tidak punya waktu untuk keluarganya.
Agar ibunya memperhatikannya, Oprah sering kabur dari rumah. Pada usianya yang ke-9, ia mengalami pelecehan seksual oleh sepupunya yang berusia 19 tahun yang sedang bertugas menjaganya. Oprah yakin itu kesalahannya dan tidak menceritakan apa yang ia alami kepada siapapun.
Tanpa bimbingan dari seorang pun, prilaku Oprah semakin tidak terkendali. Menginjak usia 14 tahun, Oprah hamil dan bayinya meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Ketika Oprah melarikan diri selama satu minggu, ibunya memutuskan bahwa ia tidak bisa lagi mengurus Oprah. Saat itulah ibunya mengirim Oprah untuk hidup bersama ayahnya di Nashville. Oprah yang benar–benar takut dengan ayahnya orang yang paling disiplin yang ia kenal, bersumpah, kalau sampai ia sanggup tinggal bersama ayahnya, ia akan merubah hidupnya, ia akan menunjukan siapa dia yang sebenarnya.
Pada umur 14 tahun, Oprah tinggal bersama ayahnya, Vernon Winfrey dan ibu tirinya, Zelma, yang merupakan anggota terhormat masyarakat Tennessee.
Profesi ayahnya adalah tukang cukur, pemilik toko, anggota dewan kota, dan pejabat gereja. Ayah Oprah tidak bisa mentoleransi sikap negatif Oprah atau nilai sekolahnya yang buruk. Oprah memperoleh nilai – nilai C di Milwaukee, tetapi hanya nilai A yang bisa diterima oleh ayahnya.
Disamping pekerjaan rumahnya dari sekolah, setiap minggu Vernon dan Zelma mewajibkan Oprah untuk menulis laporan buku dan menanyakan kepadanya kosakata baru. Awalnya, Oprah benci pada aturan tegas dan harapan tinggi mereka. Tapi, ternyata justru itulah yang ia perlukan, orangtua yang membuat peraturan dan menerapkannya dengan tegas, tapi juga memberikan cinta dan perhatian yang diinginkannya. Oprah pun bangkit.
Tidak saja nilai sekolahnya yang meroket, Oprah juga jadi lebih ramah dan populer daripada sebelumnya. Di SMA, ia terpilih untuk mewakili sekolahnya pada suatu konfrensi pemuda di Gedung Putih, dan memenangkan beasiswa sebesar $1,000 atas pidato yang ia tulis, “Orang Negro, Konstitusi, dan Amerika Serikat”. Ayahnya begitu mendukung Oprah untuk bermimpi besar, dan ia melakukannya.
Pada usia 16 tahun, Oprah menempuh perjalanan ke Los Angeles untuk menjadi pembicara di suatu gereja. Ketika kembali, Oprah bercerita kepada ayahnya kalau suatu saat nanti cetak telapak tangannya akan ada di samping deretan cetak telapak tangan bintang lain di luar Teater Mann’s Chinese.
Pada usia 17 tahun, dia memperoleh pekerjaan pertamanya di dunia pertunjukan sebagai penyiar berita di stasiun radio lokal. Mereka bahkan membayarnya $100 per minggu, yang terhitung besar buat siswa sekolah menengah pada tahun 1970-an. Oprah mempertahankan pekerjaannya, bahkan setelah dia memperoleh beasiswa ke Universitas Negara Bagian Tennessee dan mulai masuk perguruan tinggi. Pada usianya yang ke-19, ia ditemukan oleh sebuah stasiun televisi di Nashille untuk dipekerjakan sebagi wartawan dan penyiar berita.
Era Kesuksesan Oprah – The Oprah Winfrey Show
Pada 1976, Oprah menjadi pembawa acara TV di Baltimore dan kemudian dipromosikan sebagai pendamping pemandu acara bincang-bincang pagi (talk show) yang bernama People Are Talking (Orang–orang Mulai Berbicara). Format talk show tersebut sempurna untuk Oprah, penonton menyukai lelucon, kejujuran, dan kepribadian yang membumi dan peringkat acara ini membubung tinggi.
Pada 1984, Oprah mendapatkan terobosan besar. Dia diminta menjadi pemandu acaranya sendiri disebuah Chicago. Acara A. M. Chicago mengudara pada waktu yang sama dengan acara Phill Donahue Show yang populer. Phill adalah raja TV siang hari, tetapi tidak butuh waktu lama bagi Oprah untuk menurunkan Phill dan tahtanya. Dalam waktu singkat dia menjadi bintang di 120 kota besar di seluruh Amerika.
The Opraf Winfrey Show membuat debut nasional pertamanya pada tahun 1986, dan meraih sukses dengan cepat dengan menjadi pertunjukan yang paling populer di televisi, menjadikannya wanita kulit hitam yang bangkit dari kemiskinan dan menjadi bintang dengan bayaran tertinggi.
The Oprah Winfrey Show menjadi talk show nomer satu saat itu, di produksi oleh perusahaan sendiri Harpo Production, Inc ( yang diambil dari kebalikan dari nama Oprah). Acara ini di tonton oleh 48 juta pemirsa setiap minggunya di Amerika dan disiarkan secara internasional di 126 negara.
Gorgias lahir di Leontinoi, Sisilia sekitar tahun 483 SM. Dia meninggal pada tahun 375 SM pada usia yang ke 108 tahun. Dia adalah murid Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Ia mengalami sukses besar di kota Athena. Kesuksesan karirnya disebabkan karena dia sebagai orator yang sangat luar biasa. Dia memiliki lidah yang fasih dan kemampuan berpidato yang hebat.
Awal karir Gorgias sebagai filusuf ketika mempunyai pemikiran tentang asal muasal sesuatu yang awalnya adalah tidak ada. Karena hasil pemikirannya inilah akhirnya dia mulai dikenal banyak orang. Karir Gorgias bertambah cemerlang ketika dia pindah ke kota. Dari sisilia berpindah ke kota-kota besar di Yunani terutama di pusat kota yaitu Athena. Ia datang ke Athena awalnya sebagai duta untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa Pada tahun 427 SM.
Di kota, Gorgias menjadi ahli pidato atau orator. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Dia juga tidak kaku dalam menyampaikan pidatonya. Terkadang dia juga menyisipkan humor untuk menarik perhatian. Hal inilah yang menjadikan karir Gorgias semakin cemerlang. Dia semakin dikenal banyak orang. Bahkan dia memiliki beberapa orang murid.
Sebagai filusuf terkenal Gorgias juga dikritik oleh beberapa filusuf yang tidak sefaham dengannya seperti Plato dan Sokrates. Mereka tidak setuju dengan apa yang disampaikan Gorgias dalam pidato-pidato yang disampaikannya.
Pemikiran Gorgias :
Jalan berfikir Gorgias berbeda dengan filusuf yang lain pada saat itu. Dia menulis dalam sebuah buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga pendirian yaitu tidak ada sesuatu pun; Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal; Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Pemikiran Gorgias tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Tidak ada sesuatu pun. Maksudnya ialah bahwa realitas itu tidak ada. Realitas itu terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta sehingga menurut Gorgias pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
- Seandainya sesuatu ada, maka itu tidak dapat dikenal. Pengindraan adalah sumber ilusi. Menurut Gorgias akal tidak akan mampu meyakinkan kita tentang dari apa alam semesta ini terbentuk, karena kita terbelenggu oleh dilema subyektif. Jalan berpikir kita yang disandarkan pada kemauan dan ide tidak akan menghasilkan kebenaran jika dihadapkan pada fenomena disekitar kita.
- Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Ia memperlihatkan kakurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Bahwa kata-kata tidak mempunyai pengertian absolut, kata-kata hanya mempunyai pengetian relatif.
Untuk memahami makna sesungguhnya dari pemikiran Gorgias tersebut secara pasti tidaklah mudah, bisa jadi memang hal itu sesuai dengan arti sebenarnya dari kata-kata tersebut atau hal itu hanya merupakan sebuah sindiran bagi para filusuf sebelumnya mengenai metode berargumentasi yang dipakai mazhab Elea dengan memperlihatkan bahwa cara berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil.
Gorgias adalah penganut aliran sofisme. Kaum Sofis memiliki beberapa ajaran pokok yaitu: Manusia menjadi ukuran segala-galanya, Kebenaran umum (mutlak) tidak ada, Kebenaran hanya berlaku sementara, Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri. Aliran sofisme melahirkan banyak orang terampil berpidato atau orator yang memberikan penghargaan lebih terhadap akal manusia. Akan tetapi ada juga segi negatifnya yaitu menjadikan orang tidak bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini berlainan dengan hari esoknya atau sudah tidak berlaku di keesokan harinya dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku sementara. Dengan perjalanan seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak semata-mata ditangan orang-orang yang dengan kecakapannya berpidato yang bisa mempengaruhi masyarakat. Maka retorika yaitu kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu pendirian sehingga keyakinan terhadap kebenaran yang pasti, tidak akan tercapai.
Setelah berpindah ke kota Athena Gorgias beralih dari filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika. Ia berprofesi sebagai orator atau ahli berpidato. Dia mempunyai gaya berpidato yang khas yang berbeda dengan orator-orator yang lain. Gaya bahasa yang digunakan bersifat persuasif. Gorgias menganggap bahwa retorika sebagai seni untuk menyakinkan (“the art of persuasion”). Dia tidak hanya mengemukakan alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetapai juga menyentuh pada perasaan. Dia lebih memilih untuk menggunakan etos (etika, atau argumen dari karakter) dan logos, sebagai alat persuasi, sehingga gaya bahasa yang digunakan menarik dan bisa diterima.
Gorgias sangat ahli berpidato sehingga ia sebagai orator karena lidahnya sangat fasih berpidato. Dia mempunya gaya yang berbeda dari orator-orator yang lain yang terkesan kaku dan serius. Gorgias menggunakan bahasa yang persuasif dan disisipi juga dengan humoris untuk menarik perhatian. Dia juga mampu berpidato tanpa persiapan sekalipun yang menandakan dia adalah orang yang tahu akan segala hal. Namun banyak yang mengkritik terhadap orasi-orasi gorgias diantaranya adalah plato dan aristoteles. Mereka mennyatakan bahwa pidato gorgias telah terlepas dari hakikat filsafat.